7, Jun 2025
Impak Perubahan Iklim terhadap Konstruksi Bangunan di Indonesia

Pengaruh Langsung Perubahan Iklim terhadap Konstruksi Bangunan

Perubahan iklim di Indonesia membawa dampak langsung pada konstruksi bangunan. Menurut Dr. Sutanto Soehodho, Ahli Tata Kota dari Universitas Indonesia, perubahan iklim dapat mempengaruhi kualitas bahan bangunan dan merusak struktur bangunan. "Temperatur yang semakin tinggi, misalnya, dapat mempengaruhi ketahanan bahan konstruksi seperti beton," ungkapnya. Terlebih lagi, perubahan pola hujan juga berpotensi menyebabkan banjir dan erosi yang berdampak pada fondasi bangunan.

Selain itu, kenaikan permukaan laut menjadi tantangan besar bagi konstruksi bangunan di daerah pesisir. Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), permukaan laut Indonesia naik rata-rata 0.3 cm per tahun. Hal ini berpotensi mempengaruhi stabilitas bangunan dan merusak infrastruktur perkotaan.

Perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam seperti angin topan dan gempa bumi. Kondisi ini memerlukan bangunan yang lebih kuat dan tahan bencana. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk merancang dan membangun infrastruktur yang mampu menghadapi perubahan iklim ini.

Mengadaptasi Praktek Konstruksi Mengingat Perubahan Iklim di Indonesia

Untuk mempertahankan bangunan yang aman dan berkelanjutan di tengah perubahan iklim, Indonesia perlu mengadaptasi praktek konstruksi. Fokus utama adalah membangun infrastruktur yang tahan terhadap dampak perubahan iklim. Menurut Prof. Dr. Ir. Haryo Sulistyarso, penggunaan material ramah lingkungan dan teknologi konstruksi inovatif sangat penting. "Kita perlu mencari alternatif bahan bangunan yang lebih tahan panas dan mampu menyerap air hujan," kata Prof. Haryo.

Selain itu, perancangan bangunan juga harus mempertimbangkan faktor lingkungan. Ini mencakup desain bangunan yang mampu menahan angin kencang dan gempa, serta mengurangi risiko banjir. Dalam hal ini, pendekatan berwawasan lingkungan dan pengetahuan lokal dapat menjadi solusi yang efektif. Untuk daerah pesisir, misalnya, penggunaan teknologi seperti bangunan apung dapat menjadi jawaban atas kenaikan permukaan laut.

Terakhir, mengadaptasi praktek konstruksi juga berarti mempromosikan regulasi dan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Seperti yang disampaikan oleh Dr. Sutanto, "Regulasi yang memastikan praktek konstruksi ramah lingkungan dan berkelanjutan sangat diperlukan." Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat terus membangun infrastruktur yang tahan terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu, juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.